ADVOKASI “KAWASAN KAMPUS BEBAS ROKOK”
DI UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG
I. LATAR
BELAKANG
Merokok merupakan
suatu kebiasaan yang merugikan kesehatan dan penyebab utama runtuhnya kesehatan
manusia serta menyebabkan kematian dini. Lima ratus juta orang yang dewasa ini
hidup di muka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok
kini merupakan penyebab kematian 10 % penduduk dunia. Pada tahun 2030, atau
bahkan mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal
akibat kebiasaan merokoknya.
Kebiasaan merokok
itu telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit pada
berbagai organ tubuh, antara lain kanker saluran pernafasan hingga paru,
kandung kemih, bronchitis kronik, dan penyakit jantung. Selain itu, kebiasaan
merokok juga berhubungan dengan gangguan pembuluh darah di otak (stroke), penyakit saluran cerna,
gangguan katarak di mata, membuat kulit cepat keriput dan bahkan sampai
impotensi. Dari 25 jenis penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok,
beberapa diantaranya bahkan dapat menimbulkan kematian, antara lain kanker pada
saluran pernafasan, gangguan pada pembuluh darah, hingga gangguan pada janin
dan kelahiran berat rendah, kematian pre-natal, kelahiran premature dan rentan
terhadap keguguran pada wanita yang merokok.
Dewasa ini di seluruh dunia diperkirakan
terdapat 1,26 milyar perokok, lebih dari 200 juta diantaranya adalah perempuan.
Data WHO menyebutkan di negara berkembang jumlah perokoknya 800 juta orang,
hampir tiga kali lipat negara maju. Setiap harinya sekitar 80-100 ribu remaja
di dunia yang menjadi pecandu dan ketagihan rokok. Bila pola ini terus menetap
maka sekitar 250 juta anak – anak yang hidup sekarang ini akan meninggal akibat
penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok. Di tahun 2000 ditemukan 3,5
juta kematian akibat rokok setahunnya, dimana 1,1 juta diantaranya terjadi di
negara- negara berkembang. Angka kematian tersebut diperkirakan meningkat
menjadi 10 juta orang pada tahun 2025, 70% berasal dari negara-negara
berkembang. Sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke 5 dalam konsumsi rokok
dunia, serta peringkat ke 7 dalam penghasil tembakau.
Data Survei
Nasional tahun 2004 menyebutkan bahwa 63,2 % laki-laki dan 4,4 % perempuan
Indonesia adalah perokok. Secara keseluruhan (laki-laki dan perempuan digabung)
maka lebih dari 30 % penduduk Indonesia merokok, artinya di negara kita ada
sekitar 60 jutaan orang perokok.
Sedangkan kegiatan
merokok sendiri telah menjadi salah satu lambang kebanggaan atau kedewasaan bagi kelompok remaja. Sekarang sudah bukan hal yang baru jika remaja pada saat
ini sudah merokok serta kecanduan dengan rokok. Kebanyakan remaja memulai kebiasaan merokok karena
ikut-ikutan teman, selain karena terpengaruh oleh image yang diciptakan
oleh produsen rokok (misalnya, dengan menggunakan idola remaja sebagai bintang
iklan) atau karena punya orangtua perokok. Berbagai faktor pemicu meningkatnya angka merokok pada
remaja adalah iklan dan promosi besar-besaran dari industri rokok, mudahnya
mengakses produk rokok, dan harganya yang terjangkau.
Penelitian
dilakukan oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Profesor Dr Hamka, remaja usia sekolah sangat
terpengaruh oleh iklan rokok. Sebanyak 81 persen responden dari 353 siswa SMP,
SMA, dan SMK mengaku pernah mengikuti kegiatan yang disponsori oleh perusahaan
rokok.
Suatu hal yang
sangat memprihatinkan adalah usia mulai merokok dari tahun ke tahun semakin
muda. Sekitar 70% dari perokok di Indonesia memulai kebiasaannya sebelum berumur 19 tahun,
karena terbiasa melihat anggota keluarganya yang merokok. Data juga menunjukkan
bahwa sebagian besar (84%) dari perokok Indonesia yang merokok setiap hari
ternyata meghisap 1-12 batang per hari dan 14% merokok sejumlah 13-24 batang
sehari. Perokok 25 batang atau
lebih sehari hanya 1,4 % saja.
Di tingkat dunia
sudah ada FCTC (Framework Convention on
Tobacco Control) FCTC telah disetujui 192 negara anggota Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada Mei 2003. Tujuan dari FCTC adalah melindungi
masyarakat dari kerusakan kesehatan, sosial, lingkungan, dan konsekuensi
ekonomi akibat konsumsi tembakau serta paparan terhadap asap tembakau. Kini
FCTC telah menjadi hukum internasional dan 137 negara telah meratifikasinya.
Satu-satunya negara di Asia yang belum menandatanganinya adalah Indonesia.
Indonesia belum meratifikasi FCTC karena tekanan dari industri rokok, dan
ketidaktahuan pemerintah mengenai perincian FCTC.
Survei Sosial
Ekonomi Nasional 2004, prevelensi perokok anak usia 13 tahun sampai 15 tahun
mencapai 26,8 persen dari total populasi Indonesia. Sementara, tren usia
perokok semakin dini, yakni usia lima tahun sampai sembilan tahun dan mencapai
1,8 persen. Meningkatnya prevalensi perokok usia dini sebanding dengan masifnya
iklan dan promosi yang dilakukan oleh industri rokok. Indonesia adalah negara
yang iklan, promosi dan sponsor rokoknya paling masif di Asia Tenggara.
Indonesia juga adalah satu-satunya negara yang tidak memiliki larangan iklan,
promosi, dan sponsor rokok. KNPA mencatat, ada sebanyak 2.846 tayangan televisi
yang disponsori oleh industri rokok di 13 stasiun televisi. Dan, tercatat 1.350
kegiatan yang diselenggarakan atau disponsori industri rokok, mulai dari
kegiatan musik, olah raga, film layar lebar, hingga keagamaan. Iklan dan
sponsor industri rokok.
Survei yang
dilakukan Global Health Professional Survey (GHPS) tahun 2006 terhadap
mahasiswa fakultas kedokteran di Indonesia, menunjukkan hasil yang di luar
dugaan. Survei itu melaporkan hampir separuh (48,4 persen) mahasiswa/i
kedokteran yang seharusnya menjadi ujung tombak sosialisasi bahaya rokok,
mengaku pernah merokok dan sebanyak 9,3 persen yang menyatakan masih merokok
hingga sekarang. Mahasiswa (laki-laki) yang merokok sebanyak 21 persen dan mahasiswi
2,3 persen dengan tingkat kecanduan mencapai 33 persen atau dengan kata lain 1
dari 3 perokok tadi tergolong kecanduan dengan parameter 30 menit bangun tidur
langsung merokok.
Rokok,
satu benda yang begitu populer di kalangan masyarakat. Kampus sebagai wahana berekspresi mahasiswa dalam
berbagai kegiatan seringkali memerlukan dana besar dalam setiap pelaksanaannya,
sehingga ketika ada sponsor yang berani menawarkan dana besar pastilah menjadi
sesuatu yang menggiurkan bagi mahasiswa. Oleh karena itu tidaklah mengherankan,
dengan berbagai strateginya perusahaan rokok bermodal besar siap mendukung
berbagai kegiatan yang diajukan kepada mereka, apalagi jika kegiatan itu yang
bersifat having fun
dan “anak muda banget”. Maka industri rokok, di
kalangan mahasiswa, adalah “nirwana“ sumber dana, sponsor yang paling mudah
mengeluarkan dana dan siap mengeluarkan dana besar untuk proposal yang
diajukan.
Namun ternyata, di
balik “nirwana” dana tersebut, ada sebuah aturan dan etika yang secara
terang-terang dilibas habis oleh industri rokok. Di dalam kampus, industri
rokok tidak lagi mengindahkan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah,
yaitu PP No. 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. Di dalam
peraturan tersebut, tepatnya pasal 22 secara jelas dinyatakan bahwa institusi
pendidikan adalah kawasan tanpa rokok.
Universitas
Diponegoro (Undip) adalah salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Semarang
yang merupakan tempat bagi sekitar 37.609 orang mahasiswa dari berbagai penjuru
Indonesia menimba ilmu, dengan jumlah dosen tetap 1.646 orang dan 600 staf
pengajar tidak tetap. Sedangkan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) adalah
salah satu perguruan tinggi swasta terbesar di Semarang dengan jumlah mahasiswa sekitar 9.000 orang dan staf
pengajar sekitar 300 orang. Undip maupun Udinus adalah rujukan bagi aktivitas
akademik maupun kemahasiswaan di Kota Semarang sehingga penting menerapkan
kawasan bebas rokok di kampus ini untuk mengawali terciptanya kawasan bebas
rokok di Semarang khususnya dan Jawa Tengah umumnya.
Advokasi ”Kawasan
Kampus Bebas Tembakau” tahun 2008 di Undip akan dimulai di Fakultas Kesehatan
Masyarakat, sedangkan di Udinus di Fakultas Kesehatan dan Fakultas Ekonomi. Di
Udinus dipilih dua fakultas tersebut karena keduanya terletak pada gedung yang
sama. Program ini diharapkan akan berlanjut ke fakultas-fakultas lain pada
tahun berikutnya.
II. TUJUAN KEBIJAKAN (POLICY OBJECTIVES)
Lahirnya kebijakan “Kawasan Kampus Bebas
Tembakau” yang diimplementasikan secara nyata di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro serta Fakultas Kesehatan dan ekonomi Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.
III. TARGET
§
Rektor,
Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Diponegoro
§
Rektor,
Wakil Rektor I, II, dan III Universitas Dian Nuswantoro
§
Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
§
Dekan
Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
§
Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro
IV. PESAN (MESSAGE)
§
”Kawasan
Kampus Tanpa tembakau” akan meningkatkan citra kampus sebagai lembaga pendidikan
yang peduli dengan masa depan generasi bangsa.
§
Menciptakan
kampus yang mandiri secara intelektual, akademik, dan ekonomi tanpa tembakau.
§
Tanpa
tembakau kawasan kampus menjadi lebih sehat, aktivitas kampus lebih optimal,
mahasiswa lebih berprestasi.
§
Merokok
dan Promosi rokok di kampus adalah tindakan melanggar peraturan (elegal)
V. PENYAMPAI
PESAN (MESSANGER)
§
Tim
Advokasi ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” Undip dan Udinus
§
Undip :
Prof. Ir. Eko Budiharjo, M.Sc.
§
Udinus
: dr. Lily Kresnowati
VI. METODE PENYAMPAIAN PESAN (ENSURE MESSAGE REACHES THE POLICY MAKER)
§
Audiensi
dengan Rektor, Wakil Rektor di Undip dan Udinus
§
Round table discucussion dengan Rektor, Wakil Rektor, Dekan, Kepala Biro di Undip
dan Udinus
§
Seminar
tentang ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” di Undip dan Udinus
§
Mobilisasi
massa dengan aksi simpatik mahasiswa ”Membebaskan Kampus dari Tembakau”
§
Deklarasi
”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” di Undip dan Udinus
VII. PENGGUNAAN
MEDIA SECARA EFEKTIF (UTILIZE MEDIA
EFFECTIVELY)
Media adalah kekuatan
penting dalam pelaksanaan ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau”. Beberapa media yang
akan dipakai untuk mengkampanyekan ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” adalah :
§
TVKU
(Televisi Kampus Udinus) yang merupakan televisi lokal yang mempunyai daya
jangkau siaran di Pantura dan sebagian Jawa Tengah bagian Selatan. TVKU bisa
dijadikan media kampanye ”Kawasan Kampus Tanpa tembakau” melalui acara talkshow
(evening talks), peliputan kegiatan diskusi, seminar, deklarasi (edunews)
maupun program Campus on TV, serta iklan layanan masyarakat.
§
Televisi
lokal lain seperti TVB, Cakra Semarang TV, Pro TV, TVRI Semarang melalui
program news, iklan layanan masyarakat dan program lain yang memungkinkan.
§
Televisi
Nasional (Metro TV, SCTV, RCTI, Trans TV, Trans 7, dll) melalui program News
§
Koran
Suara Merdeka, Jawa Pos dan Kompas melalui berita dan opini.
§
Media
alternatif yang dipakai adalah ”Kampanye Kampus Tanpa Tembakau” yang dilakukan
dengan pentas musik, teater, tari, pameran fotografi, pameran poster tentang
bahaya rokok.
VIII. KEKUATAN DAN KELEMAHAN PROMOSI ROKOK (THE STRENGTHS AND WEAKNESSES OF THE
OPPOSITION)
§ Kekuatan Promosi Rokok
·
Rokok
menyumbangkan dana untuk kegiatan kemahasiswaan di kampus (pentas musik dan
event olah raga)
·
Rokok
memberikan beasiswa untuk mahasiswa
·
Sebagian
besar civitas akademika di kampus adalah pro-rokok
§ Kelemahan Promosi Rokok
·
Promosi rokok di kampus melanggar PP No. 19
Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, pasal 22 yang menyatakan
bahwa institusi pendidikan adalah kawasan tanpa rokok.
·
Promosi rokok di kampus merusak masa depan
generasi muda Indonesia .
IX. PIHAK-PIHAK YANG BISA DILIBATKAN (OTHER VOICES)
§ BEM
dan Himpinan Mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
§ BEM
dan Himpinan Mahasiswa di Fakultas Kesehatan dan Fakultas Ekonomi Universitas
Dian Nuswantoro
§
LSM
Lembaga Perlindungan Konsumen, Lembaga Perlindungan Anak.
§
Indonesia
Tobacco Control Network terutama untuk dukungan narasumber
§
Korps
Sukarela PMI (KSR PMI) di masing-masing universitas
§
UKM
musik, teater, tari, fotografi, dll, dari di masing-masing universitas.
§
IAKMI
(Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia) Propinsi Jawa Tengah
X. ORGANISASI PELAKSANA
·
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro :
Contact Person : dr. Badoes Wijanarko, MPH
·
Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro :
Contact
Person : Nurjanah, SKM
§
IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia) Propinsi Jawa Tengah, Contact Person : dr. Antono Suryoputro, MPH
XI. JADWAL KEGIATAN (TIME FRAME)
No
|
Kegiatan
|
Sasaran
|
Waktu
|
|||||||||||
2008 (bulan)
|
2009 (bulan)
|
|||||||||||||
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
Pembuatan proposal
|
Tim advokasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengiriman proposal
|
TCSC – IAKMI
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Review Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Audiensi
|
Rektor, WR
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Round table discucussion
|
Rektor, WR, Dekan, Ka Biro
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Seminar tentang
”Kawasan Kampus Tanpa tembakau”
|
Civitas akademika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Mobilisasi massa: Aksi
simpatik mahasiswa
|
Civitas akademika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Deklarasi ”Kawasan
Kampus Tanpa tembakau”
|
Civitas akademika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Media advocacy : press
release, peliputan kegiatan
|
Media lokal & nasional
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
Media
alternatif: pentas seni, pameran
|
Civitas akademika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
11
|
Aplikasi
hasil advocacy
|
Civitas akademika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
12
|
Evaluasi
|
Civitas akademika
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
13
|
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
XI. ANGGARAN
I.
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Pembuatan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Penggandaan proposal
|
|
|
|
|
|
Rp
|
100.000
|
|
|
|
b. Pengiriman proposal
|
|
|
|
|
|
Rp
|
100.000
|
|
|
|
c. Review Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
~
Transportasi
|
|
|
|
|
|
Rp
|
1.000.000
|
|
|
|
~
Akomodasi
|
|
|
|
|
|
Rp
|
750.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp
|
1.950.000
|
|
II.
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Audiensi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Transportasi
|
2
|
X
|
4
|
X
|
25.000
|
Rp
|
200.000
|
|
|
|
b. Penggandaan
Materi audiensi
|
2
|
X
|
5
|
X
|
25.000
|
Rp
|
250.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp
|
450.000
|
2
|
Round table discucussion
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Transportasi
|
2
|
X
|
15
|
X
|
25.000
|
Rp
|
750.000
|
|
|
|
b. Konsumsi
|
2
|
X
|
25
|
X
|
25.000
|
Rp
|
1.250.000
|
|
|
|
c. Penggandaan
materi
|
2
|
X
|
25
|
X
|
10.000
|
Rp
|
500.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp
|
2.500.000
|
3
|
Seminar tentang
”Kawasan Kampus Tanpa tembakau”
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Transportasi
pembicara Jkt
|
|
|
|
Rp
|
1.000.000
|
|
|
||
|
b. Honor
pembicara
|
4
|
X
|
1.000.0000
|
Rp
|
4.000.000
|
|
|
||
|
c. Konsumsi
|
|
|
300
|
X
|
6.000
|
Rp
|
1.800.000
|
|
|
|
d. Penggandaan
materi
|
|
|
300
|
X
|
5.000
|
Rp
|
1.500.000
|
|
|
|
f. Sewa sound
system
|
|
|
400.000
|
Rp
|
400.000
|
|
|
||
|
g. Backdrop
|
|
|
|
Rp
|
250.000
|
|
|
||
|
h. Spanduk
|
10
|
X
|
100.000
|
Rp
|
1.000.000
|
|
|
||
|
i. Dokumentasi
|
|
|
|
Rp
|
300.000
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Rp
|
10.250.000
|
||
7
|
Mobilisasi
massa: Aksi simpatik mahasiswa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Media
kampanya
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp
|
1.000.000
|
8
|
Deklarasi
”Kawasan Kampus Tanpa tembakau”
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a. Media
deklarasi
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp
|
1.000.000
|
9
|
Media advocacy
: press release, peliputan kegiatan
|
|
|
|
|
|
|
|
Rp
|
1.000.000
|
10
|
Media alternatif: pentas seni, pameran
|
2
|
X
|
3.000.000
|
Rp
|
6.000.000
|
Rp
|
6.000.000
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
III. Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Penggandaan Laporan
|
|
|
|
|
|
Rp
|
500.000
|
|
500.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL
|
|
|
|
|
|
|
|
|
23.650.000
|
Referensi
Husaini. Aiman. dr. Tobat
Merokok, Rahasia dan cara empatik
berhenti merokok. Pustaka Iman. Depok. Juni 2006
Yoga
Aditama.Tjandra. Tuberkulosis, Rokok, dan
perempuan.FKUI. Jakarta.2006
Agus
Firdaus. Industri Asap Rokok yang
di-Tuhankan (Menyikapi maraknya iklan rokok masuk kampus). Minggu,
12 Pebruari 2007. http://www.bem.its.ac.id/web/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=13&item=18/html
Guntoro Utamadi. Rokok bagi Remaja, Gaya atau Bahaya? Jumat, 1
Pebruari, 2002. http : // www . kompas . com /kompas cetak/0202/01/ dikbud/roko27.htm
Agnes Aristiarini.kalau
Rokok Dibiarkan Merajalela. Sabtu, 21 Januari 2000.http://www.kompas.com/kompas-cetak/001/21/fokus/2381676.
htm
Ketika Iklan Rokok
'Memangsa' Remaja http://indotc1.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar